Bergelut dengan font digital pada komputer membuat Aditya merindukan keluwesan gerak tangan untuk menulis indah. Akan tetapi, gerak tangan Adit yang berprofesi sebagai desainer grafis tersebut sudah tak selincah dulu tatkala harus menulis (indah) secara manual.
Ketertarikan Adit untuk kembali menulis manual juga disebabkan gaya lettering manual tengah digemari oleh publik. Menurut dia, gaya desain ini memunculkan kesan lebih ekspresif dan dinamis untuk menyampaikan pesan sebuah produk atau jasa.
Adit ditemui saat mengikuti lokakarya ”Brush Lettering” di Studio Salamanis, Jalan Flores Nomor 3, Bandung, Sabtu 18 Maret 2017. Bersama peserta lain, mereka belajar menulis indah dengan menggunakan kuas dan cat air.
”Karya hand lettering itu kesannya lebih natural dan ekspresif sekali. Saya ikut lokakarya ini karena ingin melatih keterampilan menulis indah. Sudah lama tidak, jadi terasa agak kaku,” ujarnya.
Brush lettering adalah bagian dari cabang seni lettering atau hand lettering. Disebut demikian, karena lettering biasanya dibuat secara manual (handmade).
Menurut laman idesainesia, hand lettering menjadi cara sederhana untuk berkomunikasi dan menyampaikan informasi dalam bentuk ekspresi seni yang tak terbatas. Seni bagaimana mengeksplorasi 26 karakter huruf secara konsisten menjadi sesuatu yang indah dilihat secara visual.
Sejak duduk di bangku sekolah dasar, setiap siswa di Indonesia biasanya diajarkan cara menulis tegak bersambung. Inilah yang jadi pangkal dasar hand lettering dengan banyak tekniknya.
Vania, siswa kelas X SMA St Aloysius Bandung, tertarik dengan lettering karena berkesan indah, cantik, dan anggun. ”Sepertinya, kalau menulis pakai gaya ini terlihat bagus dan beda. Sebelumnya, saya memang sudah senang melukis, jadi sudah tidak canggung lagi dengan kuas. Namun, memang saat belajar brush lettering, tantangannya juga ada,” ucapnya.
Dalam lokakarya itu, Vania harus menyapukan kuas yang dicelupkan terlebih dahulu ke dalam cat air sebelum mengguratkannya pada kertas. Padu padan warna serta mengatur tebal tipis huruf, masih jadi kesulitannya.
”Harus pelan-pelan membubuhkan warnanya. Masih sulit juga menyambungkan huruf per hurufnya,” kata siswa berusia 16 tahun tersebut.
Sumber : www.pikiran-rakyat.com