Keelokan alam dan budayanya menjadikan Pulau Bali sebagai salah satu surga wisata dunia. Kesenian menjadi salah satu daya tarik bagi pelancong, mulai dari seni tari, pahat, ukir, juga lukis. Bagi Anda pecinta, seni ukir dan pahat di media batu dan kayu tentu sudah biasa.
Namun, pernahkah Anda menikmati seni dengan media tulang? Berkat tangan-tangan terampil dari penduduk di Desa Tampak Siring, Gianyar, Bali, semua bagian tulang bisa diubah menjadi Kerajinan Ukiran Tulang yang menghasilkan uang.
Dengan tujuan untuk memanfaatkan limbah tulang sapi dan kerbau, para pengrajin di Bali mereka menyulap limbah tersebut menjadi aneka bentuk kerajinan Ukiran Tulang yang unik dan bernilai jual tinggi. Berbahan baku limbah, bisnis ini butuh modal tidak besar. Untuk tulang kepala sebagai bahan dasarnya dibeli dengan harga sekitar Rp60 ribu, ongkos membersihkan Rp50 ribu, ditambah ongkos jasa ukir Rp100 ribu itulah harga dasarnya. Selain tulang kepala, umumnya yang mereka ukir adalah tulang belikat, dan tulang paha.
Harga Ukiran Tulang sangat bervariasi, tergantung tingkat kerumitan ukiran dan ukuran penampang. Liontin yang terbuat dari tulang dibandrol Rp100 ribu. Sedangkan patung dari tulang paha setinggi 15 cm dipatok Rp500 ribu. Tengkorak yang bermodalkan awal Rp210 ribu bila telah disentuh tangan-tangan kreatif, bisa mencapai harga Rp1 juta. Harga yang berbeda akan diterapkan kepada pembeli dari luar negeri.
Harga tersebut tidaklah mahal mengingat kesulitan dalam pembuatannya. Proses pembuatan Ukiran Tulang kepala paling cepat bisa dirampungkan dalam waktu satu minggu. Namun bila dapatnya bahan mentah, karena prosesnya lama mulai direbus, terus dikelupas dan sebagainya, maka dua minggu baru bisa jadi, hal tersebut adalah salah satu faktor penyebab kesulitan pembuatan yang juga turut mendongkrak harga jual.