Dengan sentuhan kreativitas, sebatang bambu bisa menghasilkan produk yang berkualitas tinggi. Warga Desa Somagede, Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen, mampu membuktikannya. Berbagai produk aksesori dari bambu itu kini telah eksis di pasaran dunia, baik di Asia, Amerika maupun Eropa.
Adalah Tungky Ariyanto (37) yang memiliki gagasan cemerlang dengan membuat kerajinan spun bamboo. Terinspirasi dari kerajinan asli Vietnam, Tungky kemudian membuat kerajinan dengan berbagai modifikasi. Untuk pertama kali ide itu dikembangkan di Thailand. Baru setelah usaha itu berjalan, pria asli Dusun Jerotengah, Desa Somagede, tersebut mengembangkan unit produksi kerajinan bambu di kampung halamannya.
“Selain untuk memberikan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar, di Kabupaten Kebumen tidak telalu sulit mendapatkan bahan baku berupa bambu,” ungkap Tungky Ariyanto.
Berbagai desain terus dia buat. Dia terus dinamis dalam mengeluarkan desain-desain terbaru. Dalam setahun minimal empat desain baru dia keluarkan. Hal itu untuk mengantisipasi agar pasar tidak jenuh dengan desain itu-itu saja.
Pada tahap awal, dia hanya membuat beberapa desain. Namun berkat terus mengasah kreativitasnya, sampai saat ini pria yang mengaku belajar desain secara otodidak itu telah memproduksi sekitar 340 desain kerajinan bambu. Desain itu terus bertambah, dan makin variatif.
Berbagai koleksinya antara lain, spoon bamboo, botanic, glow, angel, dan furnishing. Produk kerajinan itu biasa dipakai untuk dekorasi dan aksesori hotel, departemen store, hingga apartemen mewah. Produk-produk furnishing mulai dari piring, mangkok, tempat bunga, meja, hingga kursi unik.
“Yang pasti seluruh bahan untuk produk kerajinan kami sudah sesuai dengan standar internasional,” imbuhnya.
Baca juga : Peluang Bisnis Yang Di Hasilkan Dari Kerajinan Bambu
Butuh Ketrampilan
Untuk membuat kerajinan spun baboo atau bambu koil dibutuhkan ketrampilan yang memadai. Proses pengerjaannya mulai pemotongan bambu, melilit bambum sepenuhnya dilakukan secara manual. Hanya proses penghalusan memakai mesin.
Karena tingkat kesulitan yang tinggi, tidak semua karyawan bisa melakukan pekerjaan meilitkan bambu yang dibelah tipis hingga menyatu dan berbentuk sesuai dengan keinginan. Agar sampai terampil dan menghasilkan kerajinan yang sesuai dengan standar internasional, seorang karyawannya harus dilatih hingga sebulan.
Usaha kerajinan bambu yang ditekuninya sejak 1997 itu terus berkembang. Dengan membawa Orient Design Image, Tungky terus berkeliling dunia. Selain utnuk mempromosikan secara langsung kerajinan produksinya, dia juga bisa menyerap ilmu dari para desainer luar negeri. Apalagi selain di Kebumen, Tungky masih mengelola unit produksi di Chiang Mai, Tahiland, yang masih berjalan.
“Untuk sementara ini, kantor pemasarannya ada di Jakarta. Tetapi ke depan, kantor pemasaran mungkin akan pindah ke Bali,” imbuhnya.
Berbagai pameran baik dalam maupun luar negeri tak ketinggalan dia ikuti. Terakhir, berbagai produknya dipamerkan di Amerika Serikat. Selain melalui pameran, pemasaran juga dilakukan melalui internet. Berbagai desain koleksinya bisa diakses melalui website www.orientdesignimages.com.
“Saya pikir kerajinan dari bambu masih memiliki potensi yang besar. Sebab, masyarakat sekarang ini mulai kembali menggunakan bahan-bahan yang berasal dari alam,” ungkapnya.
Berkah Masyarakat
Keberadaan unit produksi kerajinan bambu di Desa Somagede juga menjadi berkah bagi masyarakat sekitar. Bagaimana tidak, saat ramai pesanan, jumlah karayawan yang bekerja di unit produksi tersebut bisa mencapai 80 orang. Saat ramai biasanya menjelang Natal dan Tahun baru.
Tiga bulan sebelumnya biasanya kami sudah menggarap berbagai pesanan,” ujar Tusimin (43) Kakak kandung Tungky yang dipercaya mengelola unit produksi di Kebumen.
Secara umum, kerajinan bambu ini belum mengehadapi masalah yang berarti. Hanya kata Tusimin, mulai sulitnya bahan baku berupa bambu tembelang di Kebumen, memaksanya harus berburu bambu hingga Kabupaten Wonosobo, bahkan hingga Pemalang. Harga bambu jenis ini juga relatif tinggi mencapai Rp 7.000/ batang untuk pembelian ditempat.
“Bambu jenis tembelang ini, selain lebih ringan, warnanya juga cerah,” ujar Tursimin, seraya menyebutkan dahulu bambu tembelang banyak ditebang saat Perum Perhutani mengganti tanaman menjadi pohon pinus.
Guna mengatasi kelangkaan bambu dia berencana membudidayakan bambu tembelang di Kebumen. Dengan makin banyaknya bambu di Kebumen, masalah kesulitan bahan baku tidak lagi menjadi masalah.