Instalasi Bambu Dewi Sri di Jatiluwih karya Indah Pesaing Getih Getah

Logo UBT (Universitas Borneo Tarakan) Original PNG Grayscale

Logo UBT (Universitas Borneo Tarakan) Original PNG Grayscale

rumahkreative.id – Tidak  hanya instalasi Bambu ‘getih getah’ yang terpampang di HI Jakarta yang sedang ramai diperbincangkan , di Jatiluwih Bali juga ada instalasi patung bambu yang tak kalah menarik perhatian masyarakat. Tak hanya indahnya karya itu, tetapi juga diklaim jauh lebih murah dari instalasi bambu Getih getah.
Anda dapat melihat pesona karya instalasi bambu ini dengan berkunjung ke objek wisata terasering Jatiluwih, disini  Anda akan melihat daya tarik baru berupa instalasi bambu dengan nama Dewi Sri raksasa yang dibuat dari material bambu.

Merupakan Icon Jatiluwuh Festival

Meski saat ini belum selesai dibangun rencananya, patung Dewi Sri akan dijadikan icon event Jatiluwih Festival yyang diselenggarakan pada tanggal 20-22 September 2019. Jatiluwih Festival masuk dalam kalender acara Kementerian Pariwisata.dimoment inilah instalasi bambu Dewi Sri itu akan diresmikan.

Manager Operasional Jatiluwih, I Nengah Sutirtayasa menjelaskan, instalasi Dewi Sri dibuat menggunakan teknik merangkai bambu. Proses pembuatannya memakan waktu selama satu bulan.
Baca juga : Dibalik Karya Seni Instalasi Bambu Joko Avianto Yang Fenomenal
Instalasi bambu Dewi Sri ini memiliki tinggi enam meter, dirangakai dengan menggunakan material kulit bambu, Patung yang berwujud setengah badan perempuan dengan dua tangan. Tangan kiri tampak memegang padi dan di tangan kanan memegang tirta (air suci).

Sosok Seniman dibalik Pembuatan Patung Dewi Sri

I Gusti Arya Udianata dan kawan-kawan asal Desa Manukaya Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar merupakan sosok dibalik pembuatan patung ini. Pemuda kelahiran 21 Juli 1995 ini dipercaya membuat patung instalasi bambu.

Patung itu menggunakan bahan dari bambu tali yang menghabiskan antara 500 sampai dengan 1000 batang. Bambu-bambu itu hanya diambil kulitnya saja agar tahan lama untuk dirangkai menjadi bentuk manusia setengah badan yaitu Dewi Sri, dewinya para petani.
Patung Dewi Sri   ini menggunakan konsep yang sederhana, yakni ulatan klakat dari berukuran puluhan sentimeter hingga 1 meter. Dari ulatan klakat itu, disambung dengan tiying tali (tali bambu), dilanjutkan dengan pembentukan yang membutuhkan ketrampilan khusus. Tujuannya, agar tidak terlalu gemuk atau terlalu kurus.
Baca juga : Kerajinan Bambu dari Desa Wisata Brajan
Hebatnya, Patung Dewi Sri ulatan bambu ini dirancang agar bisa knock down atau dibongkar pasang. “Ya, supaya gampang saat dikirim. Bagian yang bisa dilepas yakni kepala dan tangan,” papar ayah dua anak dari pernikahannya dengan Luh Puti Devi Gangga ini.
Mengenai bahan baku bambu, kata Arya Udinata, hampir semuanya diperoleh dengan cara membeli. Bambu itu dipilih jenis hijau. Patung Dewi Sri yang beratnya mencapai 1 ton ini rencananya akan dikirim ke lokasi Festival Jatiluwih.
Kulit-kulit bambu itu kemudian dipernis agar patung bisa bertahan relatif lama di luar ruangan. Meski menolak mengungkapkan biaya persis pembuatan instalasi patung. Namun, pihak penyelenggara mengklaim hanya menghabiskan puluhan juta saja.
 

Alasan Pemilihan Bambu Sebagai Media Patung

Dia menjelaskan, patung Dewi Sri yang akan dijadikan icon Jatiluwih Festival itu memang sengaja dipilih bahannya menggunakan bambu. Sebab, katanya, di Jatuluwih tak boleh sembarangan membuat bangunan permanen.
Sutirtayasa sedikit menjelaskan sosok Dewi Sri. “Dewi Sri aslinya namanya Nyi Poh Aci yang dibunuh dan dikubur di bumi. Lalu, dari semua organ jasad Nyi Poh Aci tumbuh tumbuh-tumbuhan seperti kelapa dan tentunya padi. Singkat cerita, artinya berkah yang saat ini dirasakan oleh petani adalah hasil yang tumbuh dari Dewi Sri. Makanya patung itu seperti keluar dari bumi untuk memberikan berkah bagi petani masyarakat,” dia mengulas.
Sekarang, patung bambu itu menjadi obyek selfie hingga penyelenggaraan festival terebut bulan depan. Pengerjaan patung bambu Dewi Sri tersebut relatif lebih sulit, karena wajah dari patung itu seperti memancarkan aura kebajikan.

Exit mobile version