Daftar Isi
Kecerdasan emosional erat sekali dikaitkan dengan perasaan yang menentukan seseorang dalam mengambil sikap. Baik saat berinteraksi dengan orang lain, maupun dalam melakukan aktivitasnya. Bahkan berpengaruh terhadap pengambilan keputusannya juga lho sahabat rekreartive.
Pengertian Kecerdasan Emosional atau Emotipnal Quotient (EQ)
Apa itu kecerdasan emosi? Pasti tidak asing yah dengan istilah ini.
Konsep kecerdasan emosional pertama kali diusung oleh wayne leon payne pada tahun 1985. Wayne leon payne percayabahwa kecerdasan emosional adlaah kemampuaj melibatkan rasa takut, sakit dan kehendak atau kemauan. Dengan begitu seseorang bisa menentukan baik buruknya suatu hal dan memilih sebuah tindakan yang ia lakukan.
Kecerdasam emosi atau emotional quotient (EQ) merupakan kemampuan seseorang mengidentifikasi, mengevaliasi, mengendalikan dan mengekpresikan emosi. Kecerdasan emosional mampu membantu seseorang untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain, mengatasi sebuah situasi serta mengembangkan pola pikir jernih.
Pengertian Kecerdasan Emosional Menurut Para Ahli
Agar semakin memahami mengenai konsep apa itu kecerdasan emosional?. Berikut Rekreartive sajikan pengertian kecerdasan emosional menurut para ahli
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008)
kecerdasan emosional adalah kecerdasan yang berkenaan dengan hati dan kepedulian antar sesama manusia, makhluk lain dan alam sekitar.
Menurut Dyanisa (2008)
Kecerdasan emosional adalah kemampuan dan potensi dalam diri individu untuk dapat mengenali, memahami, mengelola dan memimpin perasaan diri sendiri, sehingga individu tersebut dapat berempati terhadap orang lain dan menghargai orang lain, serta menerapkan atau mengaplikasikannya dalam menghadapi dorongan emosinya dalam kehidupan sehari-hari.
Akbar (2010)
menambahkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan mengungkapkan perasaan, kesadaran serta pemahaman tentang emosi dan kemampuan untuk mengatur dan mengendalikannya. Kecerdasan emosional dapat diartikan sebagai kemampuan mental yang membantu kita mengendalikan dan memahami perasaan-perasaan kita dan orang lain yang menuntun kepada kemampuan untuk mengatur perasaan tersebut.
Emosional berasal dari kata emosi yang dapat dirumuskan sebagai satu keadaan yang terangsang dari organisme, mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku. Emosional berkaitan dengan ekspresi emosi, atau dengan perubahan yang mendalam yang menyertai emosi
Saefullah (2012)
mengatakan bahwa istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Menurut Goleman (2015) kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan intelegensi; menjaga keselarasan emosi dan mengungkapkannya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
Kecerdasan emosional menurut Subiantoro (2015)
adalah kemampuan seseorang dalam mengenali diri sendiri serta orang lain, memotivasi diri, mengelola emosi baik pada diri sendiri maupun hubungannya dengan orang lain, memiliki rasa empati terhadap orang lain serta membangun keterampilan dan komunikasi dengan orang lain. Kecerdasan emosional menuntut seseorang belajar mengakui dan menghargai perasaan pada dirinya dan orang lain untuk menanggapi dengan tepat, menerapkan dengan efektif informasi dan energi serta emosi dalam kehidupan sehari-hari.
Effendi (dalam Subiantoro, 2015)
mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional merupakan jenis kecerdasan yang fokusnya memahami, mengenali, merasakan, mengelola dan memimpin perasaan diri sendiri dan orang lain serta mengaplikasikannya dalam kehidupan pribadi dan sosial, kecerdasan dalam memahami, mengenali, meningkatkan, mengelola dan memimpin motivasi diri sendiri dan orang lain untuk mengoptimalkan fungsi energi, informasi, hubungan dan pengaruh bagi pencapaian-pencapaian tujuan yang dikehendaki dan di tetapkan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk dapat mengendalikan emosinya, menempatkan emosinya sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang dihadapinya. Orang yang cerdas emosi adalah orang yang mampu memahami dirinya, mengenali emosinya, apa yang menjadi pengaruh bagi baik buruk emosinya, memahami orang lain, mampu berempati dan mampu memahami lingkungan sekitarnya.
Aspek-aspek Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman (2015), aspek-aspek kecerdasan emosional terdiri dari:
a. Kemampuan mengenali emosi diri
Kemampuan mengenali emosi diri adalah kemampuan seseorang dalam mengenali perasaannya sendiri saat perasaan atau emosi itu muncul. Ini sering dikatakan sebagai dasar dari kecerdasan emosional. Seseorang yang mengenali emosinya sendiri apabila ia memiliki kepekaan yang tajam atas perasaan mereka yang sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan-keputusan secara mantap, dalam hal ini misalnya sikap yang diambil dalam menentukan berbagai pilihan seperti memilih sekolah, sahabat, pekerjaan, sampai soal pasangan hidup.
b. Kemampuan mengelola emosi
Kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan perasaannya sendiri sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya secara salah. Mungkin dapat diibaratkan sebagai seorang pilot pesawat yang dapat membawa pesawatnya ke suatu kota tujuan kemudian mendaratkannya secara mulus. Misalnya, seorang yang sedang marah dapat mengendalikan kemarahannya secara baik tanpa harus menimbulkan akibat yang akhirnya disesalinya di kemudian hari.
c. Kemampuan memotivasi diri
Kemampuan memotivasi diri adalah kemampuan memberikan semangat kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat. Dalam hal ini terkadung unsur harapan dan optimis yang tinggi sehingga seseorang memiliki kekuatan semangat untuk melakukan aktivitas tertentu, misalnya dalam hal belajar, bekerja, menolong orang lain, dan sebagainya.
Kemampuan mengenali emosi orang lain adalah kemampuan untuk mengerti perasaan dan kebuuhan orang lain sehingga orang lain akan merasa senang dan dimengerti perasaannya. Kemampuan ini sering pula disebut sebagai kemampuan berempati, mampu menangkap pesan non verbal dari orang lain. Dengan demikian, peserta didik ini akan cenderung disukai orang.
e. Kemampuan membina hubungan
Kemampuan membina hubungan adalah kemampuan untuk mengelola emosi orang lain sehingga tercipta keterampilan sosial yang tinggi dan membuat pergaulan seseorang menjadi lebih luas. Peserta didik dengan kemampuan ini cenderung mempunyai banyak teman, pandai bergaul, dan menjadi lebih popular.
Model Kecerdasan Emosional
Menurut The Encyclopedia of Applied Psychology (dalam Chandra, 2010) terdapat tiga model kecerdasan emosional, yaitu:
a. The Salovey-Mayer Model
Kemampuan yang utama dalam model ini adalah kemampuan untuk merasakan, memahami, mengelola, dan menggunakan emosi untuk menjembatani pemikiran yang diukur dengan ukuran yang didasarkan pada kemampuan.
b. The Goleman Model
Model Goleman merupakan kesatuan antara berbagai macam kompetensi dan keterampilan yang merangsang kemampuan manajeral dan diukur menggunakan penilaian nilai ganda.
c. The Bar-On Model
Merupakan perpaduan antara kompetensi, keterampilan, dan fasilitator yang mempengaruhi perilaku cerdas yang dikur berdasarkan laporan diri dalam suatu pendekatan multi modal, termasuk wawancara dan penilaian nilai ganda.
Baca Juga : 9 Jenis Kecerdasan Anak dan Cara Menstimulasi dan Mengembangkannya
Cara menumbuhkan kecerdasan emosional pada buah hati
Dalam mendampingi buah hati beranjak dewasa, peran orang tua memang benar-benar dibutuhkan. Mulai dari memperhatikan tumbuh kembangnya, hingga melatih berbagai aspek yang ada kaitannya dalam hal mendidik buah hati. Salah satunya adalah menumbuhkan kecerdasan emosional pada anak. Berikut ini adalah cara menumbuhkan kecerdasan emosional pada buah hati versi Rekreartive. Yuk simak !
Kenali kondisi emosi pada anak
Untuk mengungkapkan perasaan mereka, anak-anak perlu mengenal berbagai jenis emosi terlebih dahulu. Akui perasaan anak ketika ia menunjukkan suatu ekspresi.
Misalnya, sembari memberi pelukan,“Sedih ya karena tidak boleh makan permen? Tidak apa-apa, ya. Kita makan buah saja, yuk.” atau “Kamu marah karena Bunda tidak memperhatikan, ya? Maafkan Bunda, ya. Tadi terlalu sibuk di dapur. Sekarang, ayo main sama-sama
Pahami perasaan buah hati
Sebelum mengambil tindakan, sabaiknya orang tua memahami terlebih dahulu perasaan anak. Dengan begitu orang tua lebih mudah mengambil posisi tepat saat berinteraksi dengan buah hati.
Bagaimana cara memahaminya? Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengen mencoba mencari tahu apa alasan anak menangis, marah, tidak mau makan, menutup diri dan lain sebagainya.
Kemudian barulah orang tua membantu buah hati mengatasi emosi yang ia rasakan.
Binalah hubungan yang terbuka
Membangun komunikasi terbuka antara orang tua dan buah hati adalah sebuah keharusan. Jangan sampai, ada jarak antara orang tua dan anak. Karena dengan begitu, akan membuat anak segan terbuka dengan orang tua dan cenderung tertutup.
Tidak perlu malu-malu ataupun gengsi memperlihatkan wujud kasih sayang orang tua kepada si kecil. Luangkan banyak waktu mendampingi anak melakukan aktivitas. Agar interaksi orang tua dan anak terjalin erat, bahkan sebisa mungkin sejak dini.
Jangan ragu sesekali memberikan pujian kepada anak atas apa yang ia lakukan. Tunjukan antusias orang tua terhadap halhal yang anak sukai. Misalnya saat mendampingi anak bermain. Tampakkan wujud kagum pada apa yang dilakukan anak. Seperti
“Wah, lukisannya bagus sekali yah ” atau “Ayo kita melukis bersama secantik buatan adek”. Atau bisa diwujudkna melalui sebuah tindakan mewujudkan rasa sayang pada anak, seperti mengelus kapala anak atau memeluknya sesekali.
Melatih anak melakukan kebiasaan baik, misalnya membiasakan tata krama sejak dini

Membiasakan perbuatan baik sejak dini adalah langkah wajib yang perlu orang tua lakukan pada anak. Tujuannya agar tertanam pada anak dengan mudah dan menjadi kebiasaan yang dibawanya hingga tumbuh besar.
Sopan santun atau tata krama erat kaitannya dengan pembiasaan. Sopan santun adalahsalah satu wujud baik yang perlu diterapkan sebagai implementasi dari kecerdasan emosional anak.
Orang tua bisa melalukannya dengan setiap waktu.
Seperti selalu berucap salam saat datang dan pergi dari rumah, berbicara sopan dengan orang yang lebih tua, terbiasa menggunakan bahasa yang sopan dan baik dan masih banyak contoh yang lainnya.
Menumbuhkan dan membiasakan rasa empati pada buah hati
Cara menumbuhkan kecerdasan emosional selanjutnya adalah dengan merangsang empati anak
Empati mulai berkembang sejak 6 tahun pertama kehidupan. Karena itu, bimbing anak untuk peduli terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain, serta mengekspresikan kepedulian mereka dengan tindakan yang tepat.
Orang tua bisa menharahkan anak dalam mengambil tindakan yang ada kaitannya dengan rasa empati
Misalnya membantu ibu memasak dengan memoyong sayuran, membersihkan rumah bersama, membuang sampah ke tempat sampah hingga menghibur orang yang bersedih seperti menangis. Dengan begitu empati anak akan tumbuh dengan perlahan melalui oembiasaan yang sudah dibiasakan orang tua.
Baca Juga : Asah Kreativitas Anak dengan 10 Cara Sederhana Berikut ini
Tuntun Anak Mengelola konflik
Kadang sering sekali, anak belum mengerti beberapa hal yang membuatnya maraha tau menangis menghadapinya. Misalnya saja pertengkaran anak dengan teman atau saudaranya karena merebutkan sebuah mainan. Dalam kondisi seperti itu, jangan biarkan anak marah sendiri dan tak terkendali. Bantu anak mengatasi emosinya. Tuntun dengan bahasa yang santun dan lembut. Misalnya dengan memisahkan keduanya sejenak. Dan mendekati buah hati “Lebih baik bonekanya dimainkan bersama ya, atau adek bisa memilih mainan lain. Memukul teman tidak baik ya adek, kasihan temannya sakit.”
Sahabat Rekreartive, Itulah sederet tips membangun dan mengembangkan kecerdasan emosional pada anak. Semoga bisa dijadikan referensi. Terima kasih sudah menyimak. Jangan lupa meninggalkan masukan dan share di sosial media milikmu. Selamat menemani buah hati tumbuh menjadi anak yang pintar ya. Selamat menikmati momen bersama anak.
Comments 1