Kostum Wayang Orang Sukoharjo -Dengan cinta dan tekad yang kuat untuk melestarikan budaya wayang, seorang pengrajin kostum tari dan wayang orang di Sukoharjo, Jawa Tengah berhasil mengembangkan usahanya hingga mendapat penghasilan puluhan juta setiap bulan. Kostum-kostum yang dibuatnya tidak hanya diminati di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri.
Usaha pengrajin kostum wayang orang yang bernama Hadi Sugimo ini sudah berjalan sejak 1977 dengan berbagai tantangan dan rintangan. Namun dengan sabar dan ulet, Hadi Sugimo yang akrab dipanggil Gimo terus mengasah kemampuannya dalam membuat kostum tari. Pria asal Kulonprogo, Yogyakarta ini awalnya belajar membuat kostum tari dari pamannya, Slamet Hadi Sumarto, di Ngemplak, Banjarsari, pada 1977. Waktu itu, Sugimo baru berumur 18 tahun.
Wayang Orang, atau Wayang Wong dalam bahasa Jawa, adalah jenis wayang yang menggunakan manusia sebagai pelaku dalam cerita. Berbeda dengan wayang kulit yang menggunakan boneka sebagai tokoh, wayang orang menampilkan manusia yang mengenakan kostum dan riasan yang menyerupai wayang kulit.
Pemain wayang orang akan memakai pakaian yang sama dengan ornamen yang ada pada wayang kulit. Untuk meniru bentuk wajah atau bangunan dari wayang kulit, pemain wayang orang sering dimodifikasi atau dihias dengan gambar atau lukisan.
Sekarang ini karya-karya kostum wayang orang buatannya dikerjakan di pusat kerajian kostum tari dan wayang orang Dukuh Bacem RT 002/RW 001, Langenharjo, Grogol, Sukoharjo. Di tempat ini berbagai macam kostum wayang orang dan tari dibuat oleh Sugimo dan lima orang pekerjanya. Mulai dari membuat kostum tokoh pandawa, anoman, butho cakil, dan berbagai macam jenis pakaian wayang lainnya bisa ditemukan di sini.
Setiap detail bagian kostum ini dikerjakan dengan sangat hati-hati, sehingga para pelanggan sangat senang dengan hasil karya kostum ini. Mulai dari membuat pola hingga menyusun menjadi sebuah kostum dikerjakan oleh orang-orang yang memang benar-benar mengerti dan mengenal karakter wayang.
Harga Kostum Wayang Orang
Harga yang ditawarkan bervariasi, mulai dari Rp.75.000 yang paling murah hingga Rp.400 ribu atau bahkan jutaan rupiah, tergantung pada tingkat kesulitannya.
Gimo memasarkan hasil karyanya ke pelanggan tetapnya di Toko Bringharjo dan Tjokrosoharto Yogyakarta, serta Pasar Klewer, Solo. “Selain itu, ada juga para seniman dan penari yang membeli kostum dan perlengkapan tari di sini,” kata Gimo.
Pemesan kostum dan perlengkapan tari Gimo tidak hanya dari wilayah regional, tetapi juga dari luar kota seperti Banyuwangi dan Jakarta. “Biasanya, anak-anak SMK I Solo dan mahasiswa ISI (Institut Seni Indonesia) juga sering memesan kostum di tempat saya,” tambahnya.
Mengenal Wayang Orang
Wayang Orang adalah salah satu bentuk seni pertunjukan yang menggabungkan unsur tari, musik, dan lakon. Seni ini berasal dari Jawa Tengah dan berkembang sejak abad ke-18. Wayang Orang mengambil cerita dari kisah-kisah Ramayana dan Mahabharata, serta cerita-cerita rakyat Jawa. Dalam pertunjukan Wayang Orang, para penari memerankan tokoh-tokoh wayang dengan gerak, ekspresi, dan dialog yang sesuai dengan karakternya.
Sejarah Wayang Orang dimulai dari tradisi keraton Surakarta yang mengadakan pertunjukan tari sebagai hiburan bagi raja dan keluarganya. Pada tahun 1760, pertunjukan tari ini dikembangkan menjadi Wayang Orang dengan menambahkan unsur lakon dan musik. Awalnya, Wayang Orang hanya ditonton oleh kalangan keraton dan abdi dalem, tetapi kemudian mulai dibuka untuk umum pada masa Mangkunegara VII (1916-1944). Sunan Paku Buwana X (1893-1939) juga berperan dalam mempopulerkan Wayang Orang dengan menggelar pertunjukan di tempat-tempat umum seperti Balekambang, Taman Sri Wedari, dan alun-alun.
Wayang Orang kemudian menyebar ke Yogyakarta pada masa Sultan Hamengku Buwana VII (1877-1921), yang juga mengadakan pertunjukan untuk kerabat keraton. Pada tahun 1922, Wayang Orang mulai dipentaskan secara komersial untuk menggalang dana bagi kongres kebudayaan. Sejak saat itu, banyak bermunculan perkumpulan-perkumpulan Wayang Orang yang berstatus amatir maupun profesional. Dua perkumpulan Wayang Orang yang paling terkenal adalah Wayang Orang Sriwedari di Surakarta dan Wayang Orang Ngesti Pandawa di Semarang. Kedua perkumpulan ini masih aktif hingga saat ini dan menjadi ikon kesenian Jawa.
Dalam pertunjukan Wayang Orang, para penari mengenakan kostum yang menyerupai tokoh-tokoh wayang kulit. Kostum ini disebut irah-irahan, yang terbuat dari kulit yang dipotong-potong dan disungging dengan warna-warna mencolok. Irah-irahan mulai digunakan pada masa Mangkunegara VI (1881-1896), sebelumnya para penari hanya mengenakan pakaian adat keraton dengan selendang tari. Selain kostum, para penari juga menggunakan aksesori seperti mahkota, perhiasan, senjata, dan lain-lain sesuai dengan peran mereka.
Pertunjukan Wayang Orang didampingi oleh gamelan yang mengiringi gerak dan dialog para penari. Gamelan ini terdiri dari berbagai alat musik seperti gong, kenong, bonang, saron, gender, gambang, rebab, suling, kendhang, dan lain-lain. Gamelan Wayang Orang memiliki ciri khas yaitu menggunakan laras slendro dan pelog serta memiliki gending-gending khusus untuk setiap adegan atau suasana.
Wayang Orang adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang patut dilestarikan dan dikembangkan. Seni ini tidak hanya memiliki nilai estetika yang tinggi, tetapi juga mengandung nilai-nilai moral dan filosofis yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.