Pendidikan, dalam sepanjang sejarahnya, memegang peranan sentral dalam membentuk karakter dan masa depan suatu bangsa. Namun, tahukah Anda bahwa seorang tokoh besar pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, mengartikan pendidikan sebagai “tuntunan” artinya?
Ki Hajar Dewantara, yang dikenal sebagai Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, bukan sekadar seorang pendidik. Ia juga seorang filantropis dan tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia. Pandangannya mengenai pendidikan melampaui batas penyampai ilmu pengetahuan dan keterampilan. Ia menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu “tuntunan.”
Namun, apa yang dimaksud dengan “tuntunan” dalam konteks pandangan Ki Hajar Dewantara? Ini bukan hanya sekadar panduan menuju pengetahuan, tetapi lebih dalam lagi, sebagai suatu arahan hidup yang melibatkan aspek-aspek moral, karakter, dan nilai-nilai kehidupan. Pendidikan, menurutnya, adalah suatu pembimbing hidup yang membawa individu menuju potensi tertingginya.
Mendefinisikan Pendidikan Sebagai Tuntunan Menurut Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara dengan tegas menyampaikan bahwa “Pendidikan” adalah “tuntunan.” Tetapi apa makna sebenarnya dari pandangan tersebut? Untuk memahaminya, mari kita meresapi jawaban dari pertanyaan mengenai definisi pendidikan menurut beliau.
Jawaban yang Dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara:
“Pendidikan adalah tuntunan dalam hidup tumbuhnya murid sesuai dengan kodratnya.”
Pernyataan ini bukan sekadar rangkaian kata, melainkan pandangan filosofis tentang pendidikan yang mendalam. “Tuntunan” di sini mencakup lebih dari sekadar pengetahuan akademis. Ki Hajar Dewantara melihat pendidikan sebagai suatu bentuk arahan hidup yang melibatkan aspek kodrat atau potensi unik setiap individu.
Baginya, setiap anak didik memiliki jalan hidupnya sendiri yang perlu ditempuh sesuai dengan kodratnya. Pendidikan menjadi pemandu, membimbing mereka dalam menemukan dan mengembangkan potensi tertinggi yang dimiliki oleh masing-masing individu.
Dengan kata lain, pendidikan yang diidealkan oleh Ki Hajar Dewantara adalah pendidikan yang tidak hanya memberikan bekal pengetahuan, tetapi juga membimbing tumbuhnya karakter, moral, dan spiritualitas sesuai dengan fitrah kemanusiaan.
Penjelasan Mendalam
Sekarang, mari kita gali lebih dalam untuk memahami filosofi pendidikan yang terkandung dalam pandangan Ki Hajar Dewantara. Mengapa beliau menyebut pendidikan sebagai tuntunan, dan apa implikasinya dalam dunia pendidikan?
Tuntunan sebagai Bentuk Pembimbingan Hidup
Ki Hajar Dewantara memahami pendidikan sebagai tuntunan yang melampaui batas kelas atau buku pelajaran. Ia melihat guru bukan hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai pembimbing hidup. Pendidikan menjadi alat untuk membantu setiap murid menemukan arti hidupnya, memahami peran dan tanggung jawabnya dalam masyarakat.
Pendidikan sebagai Prospek Penumbuh Potensi
Konsep “tuntunan” dalam pandangan Ki Hajar Dewantara memperlihatkan bahwa pendidikan seharusnya lebih dari sekadar transfer pengetahuan. Ia mengajarkan bahwa pendidikan yang baik adalah yang mampu menumbuhkan potensi maksimal di dalam diri setiap murid. Dengan membimbing mereka mengenal, menghargai, dan mengembangkan bakat serta keunikan masing-masing.
Menggali Aspek Kodrat Manusia
Istilah “kodrat” dalam pandangan Ki Hajar Dewantara mengacu pada hakikat atau sifat dasar manusia. Pendidikan yang berfungsi sebagai tuntunan diarahkan untuk menyelami dan menghormati sifat-sifat dasar ini. Ini melibatkan pemahaman mendalam tentang individu, memperlakukan mereka sebagai entitas yang unik dan kompleks.
Pendidikan sebagai Ekosistem Pembelajaran
Bagi Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah suatu ekosistem yang mencakup pengalaman sehari-hari, interaksi sosial, dan pembelajaran sepanjang hayat. Artinya, pendidikan tidak hanya terjadi di dalam kelas formal tetapi juga melibatkan kehidupan sehari-hari sebagai media pembelajaran yang tak ternilai.
Pendorong Pertumbuhan dan Pemberdayaan
Konsep tuntunan ini mencerminkan pandangan bahwa pendidikan harus menjadi pendorong pertumbuhan dan pemberdayaan. Setiap individu diarahkan untuk tumbuh secara holistik, mencakup aspek intelektual, moral, sosial, dan emosional. Pendidikan seharusnya memberdayakan mereka untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan berkontribusi positif dalam masyarakat.
Ki Hajar Dewantara melihat pendidikan sebagai suatu jalan kebijaksanaan yang mengarahkan manusia pada pemahaman diri, orang lain, dan dunia sekitar. Konsep ini tetap relevan dan memberikan inspirasi dalam merancang sistem pendidikan yang menghasilkan individu yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga berkarakter dan bermanfaat bagi bangsa dan negara.
Kesimpulan
Ki Hajar Dewantara, dengan konsepnya tentang pendidikan sebagai “tuntunan,” membuka cakrawala baru dalam memahami peran guru dan siswa dalam proses belajar-mengajar. Pendidikan bukan hanya transfer pengetahuan, melainkan pembimbingan hidup yang menghormati kodrat dan hakikat manusia. Guru diharapkan menjadi lebih dari sekadar pengajar, tetapi juga pembimbing yang memandu siswa menuju pemahaman diri dan pengembangan potensi maksimal.
Dengan fokus pada pertumbuhan holistik, pendidikan ala Ki Hajar Dewantara menjadi kunci bagi masyarakat yang bertanggung jawab dan berkontribusi positif. Dalam pandangan ini, pendidikan bukan hanya tempat mengajar dan belajar di kelas tetapi sebuah ekosistem pembelajaran sepanjang hayat yang membentuk karakter, moral, dan nilai-nilai positif.
Pentingnya memahami bahwa pendidikan bukan hanya sarana memperoleh gelar akademis tetapi juga proses pembentukan karakter dan pemberdayaan diri. Dengan mengadopsi konsep “tuntunan,” kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang merangsang pertumbuhan holistik individu, membantu mereka menemukan tujuan hidup, dan menjadikan pendidikan sebagai landasan untuk kemajuan bangsa. Mari bersama-sama menerapkan prinsip-prinsip ini dalam sistem pendidikan kita demi mencetak generasi yang bukan hanya cerdas intelektual tetapi juga memiliki nilai-nilai luhur dan komitmen pada perubahan positif dalam masyarakat.
Comments 1