Kerajinan batu fosil di Kabupaten Lebak, menembus pasar mancanegara seperti Jepang, Korea Selatan, Jerman, Italia hingga Amerika Serikat.
“Kami sepanjang Oktober 2019 lalu menerima permintaan ekspor antara 30-50 produk kerajinan batu fosil itu,” kata Mulyanto, seorang perajin di Kecamatan Cimarga, dikutip dari AntaraNews.com, Sabtu (5/10/2019).
Produk kerajinan batu fosil itu kebanyakan permintaan pasar luar negeri berupa kursi, meja, asbak rokok, miniatur Banten, suvenir dan patung.
Permintaan batu fosil tersebut diekspor ke sejumlah negara antara lain Korea Selatan, Jepang, Amerika Serikat, Belanda, Italia, Jerman hingga sejumlah negara di Timur Tengah.
Namun, mereka diantaranya membeli produk batu fosil itu di antaranya ada yang langsung datang ke lokasi kerajinan batu seni juga ada yang ditampung oleh kolektor dari Jakarta, Bali dan Bandung.
Produk kerajinan batu seni asal Lebak itu memiliki keunikan dibandingkan dari bahan bambu maupun kayu-kayuan.
“Kami sejak dua bulan terakhir permintaan ekspor cenderung meningkat,” katanya.
Begitu juga Usman (45) perajin batu fosil warga Cidengdong, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, mengaku pihaknya saat ini banyak menerima pesanan dari luar negeri jenis kursi dan meja dengan harga Rp8.000 sampai Rp25.000/Kg.
Namun, kebanyakan mereka pembeli langsung mendatangi perajin seni batu fosil tersebut tanpa melalui kolektor.
Sebelumnya, sistem pemasaran dengan menjual langsung ke luar negeri melalui jasa agen di Jakarta, namun sekarang langsung pembeli datang sendiri ke lokasi perajin. Sebab jika mereka datang ke perajin, tentu merasa puas karena sesuai dengan keinginan mereka.
Produk batu alam tersebut berasal dari akar pohon, banyak diminati pasar domestik maupun mancanegara. Bahkan, dirinya saat ini banyak menerima pesanan dari Bali.
“Kami terus meningkatkan produksi karena permintaan pasar relatif tinggi,” ujarnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lebak Dedi Rahmat mengatakan pihaknya mendorong kerajinan batu fosil di 16 unit tersebar di Kecamatan Sajira, Rangkasbitung, Cimarga, Maja, Cipanas dan Curugbitung.
Daerah-daerah tersebut sebagai sentra produk batu fosil karena bahan bakunya banyak ditemukan di hutan maupun sungai.
Warga setiap hari menjualnya ke sejumlah perajin dengan kisaran antara Rp5.000 hingga Rp10.000 per kilogram.
“Kami selalu mempromosikan produk kerajinan batu fosil itu,” katanya.