Membuat produk kerajinan menggunakan bahan bekas ataupun limbah memang bukan hal baru namun inovasi kerajinan dari limbah terus berkembang.
Salah satunya adalah potensi limbah pelepah pisang yang tidak terpakai menjadi berbagai produk yang bermanfaat. Contohnya pelepah pisang dapat dimanfaatkan sebagai serat untuk kain, jarik, kulit sintetis pengganti kulit hewani namun tetap ramah lingkungan.
Potensi, prospek dan produk pemanfaatan limbah pohon pisang atau biasa dikenal “gedebog” atau “debong”, inilah yang di manfaatkan oleh Syarifudin Mustofa untuk dirubah menjadi sebuah komposit yag memiliki aneka ragam penggunaan.
Dengan produk akhir seperti aneka tas, dompet dan berbagai jenis kerajinan lainnya dapat dibuat menggunakan hasil dari Banana Leather hasil ekstraksi serat fiber pelepah pisang yang ternyata sangat meguntungkan.
Biomaterial Serat Pelepah Pisang
Salah satu cara untuk menangani masalah limbah seperti limbah plastik adalah dengan menggunakan bahan ramah lingkungan yang dusebut dengan biomaterial, salah satunya bentuknya adalah biokomposit.
Biokomposit adalah campuran dari dua atau lebih material yang digabungkan atau dicampur bersama-sama untuk menghasilkan suatu material baru yang memiliki sifat-sifat unggul. Sifat-sifat ini termasuk rasio kekuatan dan densitas yang tinggi, kaku, mudah dibuat, tahan terhadap korosi dan beban lelah. Biokomposit terdiri dari matrik dan filler (bahan penguat). Matrik berfungsi sebagai perekat dan menyebar beban ke seluruh material komposit, sedangkan filler berfungsi untuk menahan beban yang diterima oleh material komposit.
Salah satu tanaman yang bisa digunakan sebagai biomaterial adalah pisang, terutama jenis pisang abaka (Musa textilis). Serat pisang abaka ini memiliki keunggulan seperti kuat, tidak mudah putus, tekstur yang baik, memantulkan cahaya, memiliki daya apung dan tahan terhadap kerusakan akibat air garam. Selain itu, serat pisang juga mudah dibudidayakan dan merupakan sumberdaya yang dapat diperbaharui. Serat pisang abaka bisa digunakan untuk membuat tali kapal laut, pakaian, uang kertas, kabel, dan tali pancing.
Proses pembuatan biokomposit dari serat pisang meliputi beberapa tahapan. Pertama, bagian pohon pisang dipisahkan dan dikeringkan hingga merata. Kemudian, serat dicelupkan ke dalam air selama dua hari untuk memisahkan membran luarnya. Setelah itu, serat dikeringkan lagi, dipotong dan diayak untuk memisahkannya dari debu dan kotoran. Selanjutnya, serat pisang dibasahi dengan polyester, ditimbang, dan dicampur dengan resin dan serat kaca. Resin polyester dan serat kaca kemudian ditambahkan dan dihomogenisasi menggunakan mixer. Setelah itu, campuran tersebut dicetak dengan menggunakan cetakan yang telah disiapkan sebelumnya. Setelah proses pencetakan selesai, biokomposit akan siap untuk digunakan.
Mustav & Co Membuat kerajinan Ramah Lingkungan dari Biomaterial Pohon Pisang
Cilacap merupakan salah satu penghasil buah pisang yang berlimpah, salah satu oleh-oleh khas dari kota ini adalah saleh pisang. Tak heran jika populasi pohon pisang sangatlah melimpah, disisi lain petani lebih sering memanfaatkan buah pisangnya saja dan sisanya tidak dimanfaatkan.
Melihat permasalahan limbah sisa panen pisang Syarifudin Mustofa sebagai pendiri dari perusahaan Mustav & Co justru melihat ada peluang lain. Dengan cara mengolah limbah pelepah pisang menjadi berbagai macam kerajinan dengan perlakuan Industrial.
“Perusahaan saya masih terhitung sangat baru, yaitu mulai berdiri sejak tahun 2021 atau saat pandemi. Tapi sebelumnya, saya sudah memiliki skill sebagai pengrajin kerajinan kulit sapi dan kambing.” (Syarifudin Mustofa)
Limbah pelepah pisang yang banyak di daerah Cilacap menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir akibat sumbatan irigasi oleh sampah-sampah organik. Untuk itu pemanfaatan limbah pelepah pisang bisa menjadi salah satu solusi mengurangi terjadinya banjir.
Awal Mula & Motivasi Bisnis
“Motivasi saya awalnya tentu ingin mencari uang, tapi seiring berjalannya waktu saya sadar bahwa usaha saya ini juga bisa bermanfaat bagi orang lain. Selain itu, saya juga sadar akan pentingnya memelihara lingkungan, terutama di daerah Cilacap yang sering terkena banjir akibat sumbatan irigasi oleh sampah-sampah organik.
Oleh karena itu, target utama saya adalah mengurangi sampah organik di daerah saya dengan mengolah pelepah pisang yang tersedia di sana menjadi sesuatu yang bermanfaat. Sebelumnya, saya hanya fokus pada pengolahan kulit menjadi kerajinan, tapi sekarang saya ingin menjadi seseorang yang peduli terhadap lingkungan sekitar saya sendiri.” (Syarifudin Musthofa)
Dengan menggandeng berbagai pihak untuk membantu mengembangkan produk dari serat pelepah pisang menghasilkan produk kerajinan yang banyak diminati banyak pihak.
Riset yang saya lakukan untuk mengembangkan usaha ini telah dimulai sejak akhir tahun 2020 dan hampir 1 tahun. Sebelumnya, banyak orang yang menggunakan pelepah pisang sebagai pakan ternak atau bahan pembuatan keripik, tapi saya ingin mengembangkannya menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Saya melakukan riset melalui internet, kerjasama dengan dosen, dan bekerja sama dengan beberapa perusahaan yang bergerak di bidang yang sama. (Syarifudin Musthofa)
Tantangan & Kesulitan
Pelepah pisang yang melimpah menjadi salah satu kemudahan dalam bahan baku utama namun ada bahan pendukung yang saat ini terbilang cukup sulit didapatkan jikapun tersedia jumlahnya tidak banyak.
“Bahan utama dari produk yang saya jual adalah pelepah pisang, tetapi ada juga bahan tambahan yang disebut polimer chitosan. Namun, chitosan masih merupakan bahan yang baru dikembangkan di Cilacap dan daerah lain, sehingga harganya masih cukup mahal. Untuk saat ini, saya masih mengembangkan produk ini secara bertahap dan berharap ke depan akan lebih banyak instansi yang mengembangkan chitosan sebagai bahan baku yang ramah lingkungan.” (Syarifudin Musthofa)
Polimer chitosan merupakan polimer yang terbuat dari chitin, yaitu polisakarida yang terdapat di dalam cangkang hewan laut seperti kepiting, udang, dan cumi-cumi. Chitosan diperoleh dengan mengoksidasi chitin dengan asam, sehingga memiliki gugus amino pada ujung rantai polimernya.
Chitosan memiliki sifat yang sama dengan polimer lain, seperti elastisitas dan kekuatan tinggi, tetapi memiliki sifat unik yaitu memiliki sifat antimikroba dan biodegradable. Chitosan juga memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan pengikat, pengemulsi, dan pembentuk gel dalam berbagai aplikasi, seperti pangan, farmasi, dan pengolahan limbah.
Modal Usaha Kerajinan Serat Pelepah Pisang
Dalam memulai usahanya dengan biaya mulai dari Rp.500.000 dan di tambah peralatan yang totalnya hingga Rp.5.000.000. Sumber modal menggunakan uang pribadi dan sebagai didapatkan dari hibah dan memenangkan lomba kewirausahaan.
“Modal awal yang saya gunakan sebesar 500 ribu rupiah, tapi jika ditotal dengan biaya pembuatan alat dan mesin produksi, jumlahnya mencapai sekitar 5 juta rupiah.”
Produk Kerajinan Mustav & Co
Hasil akhir dari Biokomposit yang dibuat Mustav & Co berupa produk kerajinan , seperti tas, dompet, dan sepatu dan lain sebagainya.
“Saya mengolah pelepah pisang menjadi berbagai macam kerajinan, seperti tas, dompet, dan sepatu. Proses pembuatannya meliputi beberapa tahap, yaitu pembersihan pelepah pisang dari bahan-bahan lain, penyempurnaan bentuk, dan pengeringan. Setelah itu, pelepah pisang akan diolah menjadi kerajinan yang diinginkan.” (Syarifudin Musthofa)
Dengan menggunakan konsep industri hijau atau industri yang memperhatikan lingkungan dan meminimalisir dampak negatifnya terhadap lingkungan. Industri hijau merujuk pada industri yang memproduksi barang atau jasa dengan cara yang ramah lingkungan, dan mampu mempertahankan keberlangsungannya dengan memperhatikan aspek ekologi, sosial, dan ekonomi.
Jadi produk yang dihasilkan dari Mustav & Co berawal dari pemanfaatan limbah dan hasil akhir dari produk serta sisa nya juga dapat di manfaatkan kembali lagi.
Harga untuk produk yang saya jual bervariasi, mulai dari 15.000 hingga 500 ribu rupiah. Hal ini tergantung pada kandungan bahan yang digunakan, tingkat kesulitan, dan desain produk. Misalnya, untuk produk dengan bahan utama yang kecil, harganya bisa sekitar 15 hingga 20 ribu rupiah. Sedangkan untuk produk yang lebih besar seperti tas, harganya bisa mencapai 300 hingga 200 ribu rupiah tergantung pada desain dan pesanan yang diberikan.
Marketing & Pemasaran
Pemasaran kami masih fokus di Instagram dan sedang mencoba optimalisasi pemasaran online melalui website. Kami juga mencoba menawarkan korespondensi dengan Singapura. Kami menggunakan strategi pemasaran yang terfokus pada bisnis. Jadi, kami menjual ke bisnis-bisnis, misalnya jika ada orang di Bali yang ingin menjual kerajinan, kami akan menawarkannya kepada mereka dan mengirimkannya ke Bali atau Jogja jika mereka ingin membelinya. Meskipun ada beberapa customer individu yang terkadang ‘nyantel’, fokus kami masih pada bisnis karena tim kami masih terbilang kecil.
Kami juga telah berpartisipasi dalam beberapa pameran, pertama di lokal Cilacap, kemudian di Apreasiasi Kreasi Indonesia, dan terakhir di Pameran KKI bersama Bank Indonesia. Meskipun demikian, jumlah pameran yang kami ikuti masih sedikit dan mayoritas difasilitasi oleh pemerintah. Oleh karena itu, kami sangat mengucapkan terima kasih kepada pemerintah yang telah memfasilitasi banyak pameran untuk kami.
Contact dan Alamat
Mobile Phone : 089527737311
Email : mustavnco@gmail.com
Web : –
Social Media : Mustav & Co. (@mustav.eco) • Foto dan video Instagram
REFERENSI TAMBAHAN: Agung FCW. 2012. Pengaruh filler serat pisang abaka terhadap kekuatan bending pada biokomposit dengan matrik berbasis ubi kayu. Jurnal Teknik Mesin 1(1) : 40-44 Hoyur S, Cetinkaya K. 2012. Production of banana / glass fiber bio-composite profile and its bending strength. Usak University Journal of Material Sciences 1(1) : 43-49
Comments 2